Latest News

Sunday, May 5, 2019

26-Mazmur


  1. Arti kata.
    Kata Indonesia "Mazmur" jang lewat bahasa Arab berasal dari bahasa Etiopia, bersangkutan dengan kata Hibrani "Mizmor". Kata ini menundjuk suatu lagu jang dinjanjikan dengan diiringi alat-alat musik (jang berupa-rupa) jang pakai tali. Sedjak djaman azali bangsa Israil dan bangsa-bangsa Semit lainnja suka akan njanjian (kerap kali seni sastera pertama dalam salah satu bahasa). Sisanja masih diketemukan dalam Kitab Sutji (bdk. Pengk 15; Tj Dj. 21:17-18; Hakim-hakim 5; 2Sjem 1; 1Mak 3:3-9; 14:4-15). Djuga untuk mengekspresikan rasa keagamaan seni sastera itu dipergunakan. Dan lagu-lagu keagamaan matjam itu dinamakan mazmur. Mazmur-mazmur terserak-serak dalam seluruh Kitab Sutji Perdjandjian lama (bdk Ul 32:1-43; 1Sjem 2:1-10; Dan 3:52-901Taw 29:10-19; Tb 13:1-8; Jdt 16:13-17; Jr 31:10-14; Js 45:14-25; Sir 36:1-17) dan masih djuga dalam Perdjandjian Baru (Luk 1:68-79; 2:29-32; 1:46-55). Lagu-lagu matjam itu bukan keistimewaan umat Israel. Diluar Israel, chucusnja dinegeri Babel, djenis sastera itu disukai dan sangat dipergunakan. Penggalian-penggalian di Mesopotamia sudah menampilkan sedjumlah besar mazmur jang djuga dipergunakan dalam ibadah kepada dewata Babel.
  2. Djenis sastera.
    Mazmur adalah seni sastera, puisi, dan djenis sastera jang chas. Mazmur bukanlah suatu risalat ilmiah, meski risalat keagamaan sekalipun. Ia pun bukan tjeritera atau kisah. Memang mazmur-mazmur mengekspresikan pikiran (adakalanja sangat dalam dan halus sekali), tapi lebih-lebih mengungkapkan perasaan hati serta intuisi jang bermatjam-ragam. Maka itu tidak semua perkataan boleh ditimbang-timbang dengan akal. Sebaliknja hanja dengan perasaan hati orang dapat menembusi kulit (kadang-kadang agak keras sedikit) untuk sampai kepada hati si pemazmur.
    Mazmur bukan hanja seni sastera puisi, tetapi seni sastera Semit dan Israel. Puisi itu ada patokan-patokan dan kaidah-kaidahnja sendiri jang chas, jang dituruti oleh mazmur-mazmur Kitab Sutji djuga. Puisi itu berdasarkan pada rythmus, artinja: sukukata jang bertekanan dan jang tak bertekanan bergilir ganti menurut urutan tertentu. Biasanja tiap-tiap bagian (ajat) terdiri atas dua bagian lagi (stychos), meskipun tidak selalu demikian susunannja. Kerap kali bagian kedua hanja mengulang dengan kata-kata lain pikiran-perasaan jang sudah terungkap dalam bagian pertama. Kadang-kadang diulang setjara positip, lain kali setjara negatif dan boleh djadi bagian kedua mengembangkan dan memperluas sedikit stychos jang pertama. Gedjala jang chas Hibrani (Semit) itu disebut "parallelismus", kesedjadjaran. Apabila pikiran-perasaan stychos pertama hanja diulang setjara positif sadja, maka orang berkata tentang: parallelismus sinonim (bdk. Mzm 61:2); djika pikiran-perasaan diulang setjara negatip maka disebutkan: parallelismus anti-tetis (bdk Mzm 32:10); apabila pikiran-perasaan dikembangkan dan diperluas maka dikatakan: parallelismus sintetis (bdk Mzm 135:16).
    Puisi Hibrani (Semit) suka akan bahasa kiasan, bahasa penghebat dan matjam-matjam gambaran jang hebat djuga. Itulah sebabnja maka mazmur-mazmur kerap kali sukar dimengerti dan diartikan, apalagi oleh karena kiasan dan gambaran itu diambil dari alam dan kebudajaan jang bukan alam dan kebudajaan kita. Tetapi bagaimanapun djuga kiasan dan gambaran itu djangan diartikan setjara harfiah. Kadang-kadang kiasan Kitab Sutji dapat membingungkan terutama kalau diterapkan kepada Allah sendiri jang nampak seolah-olah manusia (anthropomorphismus).
    Mazmur-mazmur bukan hanja senisastera (karap kali bermutu tinggi), tetapi terlebih puisi keagamaan. Lagu-lagu jang terpelihara dalam Alkitab adalah doa dan sembahjang umat Israel dan kaum beriman. Didalamnja terungkap rasa keagamaan jang bermatjam-matjam dan tanggapan serta djawaban karya beriman dan umat Allah terhadap sabda Tuhan, tindakan-tindakan serta kaumnja. Dan itulah sebabnja maka mazmur-mazmur itu terpelihara dalam Kitab Sutji dan diinspirasikan oleh Roh Kudus. Dengan mazmur-mazmur itu orang memudji Allah Pentjipta (Maz 104) serta sifat-sifatnja (Mzm 113:7-9); orang bersjukur kepadaNja (Mzm 23); mengutjapkan kepertjajaan (Mzm 27:1-6) dan sesal hati (Mzm 51) serta permohonan dalam kesesakan (banjak mazmur).
    Mazmur-mazmur bukan terutama doa sadja tetapi djuga dan terutama doa/sembahjang liturgis. Asal mazmur-mazmur kerap kali tidak lagi dapat ditentukan. Tapi pasti ada sedjumlah lagu jang chusus ditjiptakan untuk ibadah umat (Mzm 65; 66; 67; 118; 113-117; 120; 134). Ada djuga sedjumlah jang ditjiptakan untuk keperluan perorangan dan pribadi (Mzm 30; 38; 70; 92; 94; 130; 131; dll.), tetapi kemudian dipakai dalam ibadah umat dan kalau perlu diadaptasikan kepadanja serta disadur. Tjorak liturgis mazmur-mazmur itu perlu diperhatikan, supaja lagu-lagu itu dimengerti dan diartikan dengan tepat.
  3. Kitab Mazmur.
    Kitab Mazmur terdapat dalam bagian ketiga kanon Hibrani (kethubim). Dalam bahasa Arab kitab ini disebut "Zabur", sedangkan dalam bahasa Hibrani dinamakan "Tehillim". "Tehillim" sebenarnja berarti: lagu-lagu pudjian/madah, sehingga nama itu tidak tjotjok dengan sebagian besar dari isi Kitab Mazmur. Sebab didalamnja terkumpul lagu-lagu jang bermatjam ragam dan hanja sebagian boleh disebut "Lagu Pudjian".
    Kitab Mazmur sebagaimana sekarang ada terdiri atas lima bagian, djilid, sedjalan dengan "Lima Kitab Musa" (Taurat). Tetapi pembagian itu agak baru sedikit. Kapan dibuat belum diketahui dengan pasti, tetapi sekitar tahun 250 seb. Mas. sudah ada (Terdjemahan Junani Septuaginta) dan boleh djadi sudah dikenal sekitar tahun 300 seb. Mas. (bdk, 1Taw 16). Tiap-tiap "buku", djilid, ditutup dengan pudjian pendek kepada Allah (Mzm 41:14; 72:18-20; 89:52; 106:48; 150).
    Kitab Mazmur jang tertjantum dalam Alkitab adalah merupakan hasil suatu perkembangan dan proses jang berlangsung lama. Kapan mazmur (manakah?) jang tertua ditjiptakan tidak dapat diketahui lagi. Tapi boleh diterima bahwa ada beberapa mazmur dari djaman radja Dawud (abad X seb. Mas.) dan tjiptaan Dawud sendiri (bdk. 1Sjem 16:18-23; 18:10, Amos 6:5). Ada djuga sedjumlah mazmur jang kiranja berasal dari djaman para radja (lk. 900-600 seb. Mas.) (bdk. Mzm 2; 18; 20; 21; 28; 61; 63; 72; 84; 101; 110; 123; 144; 145). Tetapi senisastera itu mengalami masa djajanja terutama sesudah pembuangan (tahun 538-333 seb. Mas.)
    Terlebih dahulu pelbagai lagu dihimpun dalam kumpulan ketjil dan tersendiri. Bekasnja masih diketemukan dalam Kitab Mazmur, misalnja: Mzm 95-100 (keradjaan Allah), Mzm 120-134 (njanjian pendakian). Kemudian disusun kumpulan-kumpulan lebih besar, jaitu Mzm 3-41; 42-89; 90-150 Achirnja semuanja mendjadi satu kumpulan besar jang setjara buat-buatan dibagikan djadi lima djilid.
  4. Djenis-djenis Mazmur.
    Didalam Kitab Mazmur terhimpun 150 lagu jang berlain-lainan tjoraknja. Setjara kasar dapat dibedakan djenis-djenis mazmur sebagai berikut, meskipun pembagian itu tentu sadja tidak merangkum semua lagu jang ada.
    1. Lagu-lagu Pudjian atau Madah (Mzm 8; 19; 29; 33; 46-48; 76; 84; 87; 93; 96; 100; 103-106; 113; 114; 117; 122; 135; 136; 145-150). Lagu-lagu ini memudji Allah, sifat-sifatnja serta karyaNja baik dalam alam maupun dalam sedjarah umat Israel. Ada sedjumlah mazmur jang memudji kota Sion, Jerusjalem, tidak hanja karena adalah kediaman radja teokratis, tapi lebih-lebih karena kota itu adalah kediaman Allah Israel (Mzm 46; 48; 76; 87). Demikianpun martabat keradjaan Allah (eskatologis) jang memerintah dunia semesta dimulaikan (Mzm 47; 93; 96-98).
    2. Banjak mazmur berupa lagu ratap, jang diutjapkan dalam kesesakan dan sengsara berupa-rupa. Kerap kali dengan bahasa kiasan dan penghebat dipaparkan didalamnja sengsara si pendoa. Kiasan dan gambaran jang dipergunakan biasanja sangat tradisionil, sehingga kesamaan antara mazmur-mazmur itu sangat menjolok. Sifat tradisionil itupun menjebabkan pula bahwa sengsara konkrit kerap kali sukar ditentukan.
      Ada sedjumlah lagu ratap kolektip jang mengenai umat Allah seluruhnja (Mzm 12; 44; 60; 74; 79; 80; 83; 85; 106; 123; 129; 137) dan lebih banjak lagi jang merupakan lagu ratap perorangan dan pribadi (Mzm 3; 5-7; 13; 17; 22; 25; 26; 28; 31; 35; 38; 42; 43; 51-57; 59; 63; 64; 69; 70-71; 77; 86; 102; 120; 130; 140-143). Akan tetapi sehubungan dengan lagu-lagu ini perlu ditjatat bahwa kerap kali tidak djelas apakah sipendoa sungguh adalah seseorang setjara perseorangan atau wakil umat seluruhnja, mungkin pula umat diperorangkan. Maka itu kalaupun dalam mazmur-mazmur itu dipakai kata ganti diri pertama (aku) namun belum pasti bahwa "aku" itu sungguh hanja satu orang sadja.
    3. Lagu-lagu sjukurpun tidak sedikitlah djumlahnja dalam Kitab Mazmur (Mzm 18; 21; 30; 34; 49; 65-68; 92; 116; 118; 124; 129; 138; 144). Umat (atau seseorang) mengutjapkan sjukurnja karena salah satu karunia jang diterima dari Tuhan. Kerap kali sekaligus dipandjatkan suatu doa permohonan meminta pertolongan selandjutnja djuga.
    4. Ada djuga beberapa njanjian jang berasal dari istana radja dan mengenai diri radja serta wangsanja (Mzm 2; 18; 20; 21; 45; 61; 72; 84; 101; 132; 144). Mazmur-mazmur ini mengingatkan kepada sastera-istana jang lazim didaerah-daerah disekitar Israel. Beberapa dari mazmur itu diterapkan kepada radja jang ditjita- tjitakan dimasa depan, jaitu al-Masih (Mzm 2; 45; 72; 110; bdk Mzm 89; 132)

  5. Pengarang-pengarang Mazmur.
    Tentang pengarang-pengarang/pentjipta-pentjipta mazmur-mazmur tidak banjak jang dapat dikatakan dengan pasti. Dalam djudul banjak mazmur disebutkan nama seseorang: Dawud (73x), Asaf (12x), Putera-putera Korah (11x), Etan (Jedutun)(1x), Heman (1x), Musa (1x), dan Sulaiman (1x). Maksud nama (dan konstruksi Hibrani: le) tidak djelas lagi. Aselinja kiranja tidak (selalu) menundjukkan pentjipta lagu itu. Hanja kemudian sering diartikan demikian. Maka dari itu harus diakui sadja bahwa hampir semua mazmur adalah anonim dan hanja dapat disebut "tjiptaan umat Israel" sepandjang sedjarahnja dari abad X hingga abad III seb. Mas. Sebab kebanjakan mazmur djuga tidak dapat diberi bertanggal.
  6. Penjesuaian mazmur-mazmur dengan wahju jang madju.
    Setelah salah satu mazmur ditjiptakan dalam situasi tertentu dan diambil alih oleh umat, maka lagu itu ikut serta dalam sedjarah keagamaan umat itu. Terus-menerus diadaptasikan kepada situasi jang baru. Dengan demikian interpretasi mazmur jang sama madju dan berkembang. Perkembangan itu boleh digariskan sebagai berikut: Salah seorang (atau umat pada detik tertentu) mengutjapkan perasaannja pada ketika itu.
    Umat mengambil alih lagu itu tapi mengungkapkan dengannja perasaan jang kolektip. Kemudian keadaan umat berubah dan kepada mazmur jang lama itu diberikan suatu tafsir baru sesuai dengan keadaan baru itu.
    Umat keristen kembali menginterpretasikan lagu itu serta mengetrapkannja pada situasi chasnja, jakni situasi masehi. Maka dari itu banjak mazmur diberi makna masehi, sekalipun begitu sadja tidak dapat diketemukan dalam lagu aseli.
    Boleh djadi Geredja dalam ibadahnja sekali lagi dan setjara lain mengetrapkan mazmur jang sama.
    Achirnja masih mungkin bahwa orang keristen setjara perorangan mengungkapkan perasaan pribadinja dengan perkataan azali itu.
    Sebagai tjontoh boleh diambil Mazmur 2. Aselinja lagu itu merupakan suatu doa seorang Israel (pegawai istana) untuk radjanja ketika terantjam oleh musuh-musuh dari luar negeri.
    Ibadah Bait Allah mendjadikan mazmur itu suatu doa resmi dan liturgis bagi setiap radja, entah bagaimana keadaannja.
    Sesudah tahun 586 radja tidak ada lagi, sehingga lagu kuno itu harus diberi makna baru. Maka itu diterapkan kepada radja jang dimasa depan, jaitu Al-Masih.
    Umat keristen semula mengakui Jesus sebagai Al-Masih dan karenanja segera mengetrapkan mazmur itu kepada Radjanja (Kis 4:25-26), chususnja kepada kebangkitanNja dari alam maut jang merupakan pelantikannja sebagai radja (Kis 4:33). Surat kepada orang-orang Hibrani (1:5; 5:5) mengetrapkannja kepada pelantikan Kristus sebagai imam agung surgawi.
    Ibadah katolik achirnja menggunakan mazmur ini untuk mengungkapkan kejakinannja bahwa Kristus adalah radja dunia semesta. MartabatNja itu berdasarkan kenjataan bahwa Kristus adalah Putera Allah kekal jang telah mendjadi manusia dan diangkat kesurga. Ia mendjadi kepala djagat raya.
    Orang keristen masing-masing boleh menggunakan lagu kuno itu untuk menjatakan rasa hormatnja terhadap Kristus dan demikian mangakuiNja sebagai radjaNja sendiri jang mau ditaati.
Mazmur-Mazmur Sulaiman
Mazmur-mazmur Sulaiman adalah sekumpulan lagu, jang 18 djumlahnja. Lagu-lagu itu ditjiptakan waktu Jerusalem direbut oleh panglima Roma, Pompeius dalam tahun 63 seb. Mas. Aselinja ditulis dalam bahasa Hibrani tapi lengkap hanja terpelihara dalam terdjemahan Junani. Lagu-lagu itu berasal dari kalangan kaum Parisi dan bermaksud mendjelaskan apa sebabnja maka Israel ditimpa bentjana sebesar itu. Memang Israel berdosa. Namun demikian dimasa depan umat akan dipulihkan. Pemulihan akan diadakan oleh radja masehi. Radja itu adalah keturunan Dawud dan akan memerintahkan segala bangsa, Jahudi dan kafir. Ia akan mendapat kemenangan politik dan rohani.
Mazmur-mazmur ini ada kepentingannja oleh karena memperkenalkan harapan manakah ada dikalangan tertentu dimasa Kristus lahir. Namun demikian harapan itu bukan harapan semua orang Jahudi.

Artikel ini diambil dari : 
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau. 1967. Halaman 79-84.  


MANFAAT DAN NILAI ROHANI KITAB MAZMUR
Kebanyakan ide-ide Alkitab sudah direfleksikan dalam Mazmur-mazmur seperti ide tentang permohonan, permintaan, syukur, pujian, kepercayaan, harapan, pelayanan, dll. Penulis-penulis kitab Mazmur mengekspresikan bagaimana mereka merasa percaya dan menyakini bahwa Allah adalah Maha Penguasa dan Pemberi kasih karunia, bahkan di dalam kesakitan dan kesulitan atau bahkan pada saat mengalami beban moral yang berat, para penulis Mazmur tetap berpegang pada kekuatan Allah yang menyelamatkan.
    Tidaklah heran, pada zaman Israel dahulu kala, Mazmur-mazmur dimanfaatkan dalam berbagai peristiwa, misalnya: 
a. Pujian kepada Allah, mengingat campur tangan-Nya dalan sejarah bangsa-bangsa, misalnya bandingkan Mazmur 105:1-45 tentang       perbuatan-perbuatan Allah di masa lampau.
b. Mengungkapkan kesulitan, kesengsaraan, bandingkan Mazmur 13.
c. Memperlihatkan segi-segi pendidikan, bandingkan Mazmur 1:1-6.
d. Menghormati Allah sebagai Raja yang mulia, bandingkan Mazmur 24, 72.
e. Menyatakan otoritas Allah atas seluruh ciptaan di bumi dan di langit, bandingkan Mazmur 47:1-10.
f. Mengungkapkan tentang kesejahteraan kota-kota, bandingkan Mazmur 122:1-9, sebuah doa untuk kesejahteraan kota Yerusalem.
g. Merayakan pesta-pesta kebangsaan, bandingkan Mazmur 126, 127.
h. Merayakan kebahagiaan tiap-tiap rumah tangga, bandingkan Mazmur 128:1-6.
       Dan tentu begitu banyak maksud dan makna dari kitab-kita Mazmur yang dapat kita peroleh. Mengapa demikian ? Sebab hidup kita di dunia ini penuh dengan pergumulan, baik karena sikap dan perbuatan kita sendiri maupun sikap dan perbuatan yang berasal dari musuh-musuh kita yang menyebabkan kita jatuh ke dalam berbagai jurang. Namun, mereka yang percaya akan selalu berdoa serta menanti-nantikan Tuhan yang akan memberi kemenangan. Dan hal ini tentu harus keluar dari hati yang jujur dan murni kepada Tuhan, supaya hidup kita tidak penuh dengan sampah yang tak berguna.
       Kalau mau digali lebih dalam, maka dari kitab Mazmur ini tentu banyak kekayaan rohani yang bisa ditimba. Misalnya, Mazmur-mazmur menjadi doa di masa perjanjian lama. Mazmur-mazmur itu diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri, oleh Perawan Maria, para rasul dan para martir. Dengan tidak merubah apa-apa Gereja Kristen telah menjadikan mazmur-mazmur itu sebagai doa resminya.  
Bapak-bapak Reformator seperti Martin Luther dan Yohannes Calvin banyak menggunakan Mazmur-mazmur ketika mereka bergumul dengan kehidupan mereka, khususnya demi bangsa dan negara mereka. Calvin berkata, ”Saya terbiasa menyebut kitab Mazmur ini sebagai anatomi dari semua bagian jiwa, karena tidak ada yang akan menemukan dalam dirinya perasaan tunggal tentang gambar yang tidak terpantul di dalam cermin. Semua kesedihan, ketakutan, kekhawatiran, harapan, perhatian, kegelisahan. Pendeknya, seluruh pergolakan yang biasa mengombang-ambingkan pikiran dan perasaan manusia ada terwakili”. 
     Memang seruan-seruan berupa pujian, permohonan atau ucapan syukur itu dicetuskan para pemazmur dalam keadaan tertentu di zamannya dan berdasarkan pengalaman pribadinya itu. Tetapi tanpa dirubah sedikitpun seruan-seruan itu mempunyai makna umum. Sebab mazmur-mazmur itu mengungkapkan sikap hati yang seharusnya ada pada tiap-tiap manusia yang menghadap Allah. Memang kata-kata tidak dirubah, tetapi makna mazmur-mazmur itu sangat diperkaya. Di masa perjanjian baru orang beriman bersyukur dan memuji Allah, yang sudah menyatakan rahasia hidupNya sendiri, yang melalui darah AnakNya menebus manusia dan mencurahkan Roh KudusNya. Dalam pemakaian liturgis tiap-tiap mazmur diakhiri dengan doa pujian yang tertuju kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus. Doa-doa permohonan yang tua itu menjadi lebih hangat, semenjak Perjamuan Malam. Salib dan Kebangkitan mengajar manusia mengenai kasih Allah yang tak terhingga kepada manusia, mengenai beratnya dosa yang membelenggu semua orang, mengenai kemuliaan yang dijanjikan kepada orang benar. Memang pengharapan yang tercetus dalam nyanyian-nyanyian para pemazmur, sekarang terwujud. Sebab Mesias sudah datang dan menjadi Raja. Semua bangsa diajak untuk memuji Dia. (Sumber : PRAISE # 14 / Yis). 

Sumber : www.majalahpraise.com






MUSA DAN MAZMURNYA:
Walaupun Musa adalah satu sosok yang lebih banyak berhubungan dengan doa, namun demikian pernah juga Musa menulis lagu. Pernahkah Saudara berpikir, dari mana Musa Belajar Menyanyi ?
 DARI MANA MUSA BELAJAR MENYANYI ?
      Tulisan Musa yang berhubungan dengan lagu selain di kitab Ulangan 31:30-32:43, ada juga di kitab Mazmur. Seperti yang pernah dibahas dalam PRAISE 11, bahwa kitab Mazmur tidak semuanya ditulis oleh Daud,melainkan oleh beberapa orang, salah satunya adalah Nabi Musa (Mazmur 90).
Pertanyaan kita adalah dari mana Musa bisa menyanyi ? Apakah dia mahir bermusik seperti Daud ? Data mengenai hal tersebut memang sangat minim. Satu-satunya data dari Alkitab yang bisa menjelaskan adalah Keluaran 2.  Ditulis dalam ayat 1 sampai 10 tentang seorang anak Israel yang kemudian menjadi orang Mesir. Kehidupan Musa dicatat dalam Keluaran 2:1-10 yang secara sederhana dapat  dibagi dalam 3 tahap : (1) Kelahiran dan pembuangan si anak (ayat 1-4); (2) Ditemukan oleh putri Firaun (ayat 5-6); dan (3) Pengadopsian (ayat 7-10).
Inti dari cerita tersebut adalah tentang pengadopsian bayi Musa oleh putri Firaun, yang merupakan pengaturan Tuhan. Sang Putri dilema ketika mengetahui anak itu adalah anak orang Ibrani yang menurut perintah kerajaan Mesir harus dibunuh. Namun ia menaruh belas kasihan pada anak itu (Kel 2:6). Kemudian Musa menjadi bagian dari istana Firaun karena diadopsi sebagai anaknya sendiri oleh Sang Putri. Pengadopsian itu dilakukan dengan prosedur legal zaman itu, yaitu dengan penyewaan seorang pengasuh. Bukan kebetulan kalau ibu kandung Musa sendiri yang dipilih. Dalam tahun-tahun permulaan, Musa dipelihara oleh ibunya sendiri, tentunya ibu dari keturunan Lewi itu juga memberi pendidikan rohani untuk meletakkan dasar iman yang benar bagi si Musa kecil (Ibrani 11:23-29). Sampai Musa disapih - pada zaman itu baru dilakukan jika si anak sudah besar, sesudah ia berumur tiga atau empat tahun- maka iapun dibawa kepada putri Firaun, ibu angkatnya. Lalu diberi nama Musa. Dengan demikian, fokus utama kisah ini bukanlah kelahiran si anak meskipun laporan kelahirannya merupakan bagian dari kisah Musa. Fokusnya lebih pada pengadopsian anak itu oleh Putri Firaun.
Kisah pengadopsian ini menempatkan Musa dalam lingkup kebudayaan Mesir. Jadi Musa menghabiskan masa kecilnya, paling tidak dari sejak ia lepas menyusu sampai masa dewasanya, di istana Mesir. Kisah Para Rasul mencatat “Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.” (Kis 7:22 TB). Dalam BIS dan TL diterjemahkan “Segala ilmu bangsa Mesir diajarkan kepadanya.” Dalam buku ‘Ikhtisar Sejarah Alkitab’ ditulis oleh P.E. Burroughs (hal 31): “Musa pernah hidup sebagai orang Mesir selama 40 tahun, kemudian selama 40 tahun lagi sebagai orang Arab, dan akhirnya sebagai orang Israel selama 40 tahun juga.” Artinya selama 40 tahun pertama Musa memang dididik dalam ilmu dan budaya Mesir. F.L. Bakker dalam buku ‘ Sejarah Kerajaan Allah (jilid I/1, hal 219) menulis “Ia (Musa) mempelajar theologia, ilmu falak, ilmu pasti, ilmu kedokteran, ilmu bumi, ilmu hukum dan mata pelajaran yang lain.”  Dalam ‘Ensiklopedia Alkitab  jilid II (M-Z) dicatat bahwa “..putri Firaun yang menjadi ibu angkat Musa mungkin adalah ‘anak’ dari salah seorang selir ini…Pada zaman itu sebelumnya anak-anak dari selir-selir penghuni harim (tempat para selir Firaun), dididik oleh pengawas harim (guru dari anak-anak raja). Bila tiba waktunya, bagi anak-anak raja ditugaskan seorang pengajar, biasanya petinggi istana atau pensiunan perwira militer, yang dekat kepada raja. Pasti Musa diperlakukan demikian. Kurikulum pendidikan Mesir meliputi membaca dan menulis tulisan hieroglif dan tulisan kudus, menyalin naskah-naskah (khususnya sastra kuno), kaidah menulis surat dan tata administrasi…” (hal 102- 103). Dari data di atas, pendidikan musik bagi Musa hampir tidak ada. Namun demikian kita tidak heran dengan bekal ilmu yang didapat di Mesir dan di bawah asuhan ibu kandungannya yang takut akan Tuhan, serta bimbingan Roh Allah, kalau Musa dapat menulis 5 kitab Perjanjian Lama yang disebut ‘Pentatouch’.
LAGU DARI PENGALAMAN HIDUP MUSA
Kisah tragis dan ironis mengenai Musa adalah ia tidak boleh masuk ke Kanaan. Allah melarangnya. Musa wafat di Gunung Nebo (Ul 34) dan hal tersebut karena kemarahan Musa. Musa marah tiga kali. Pertama, ketika melihat mandor Mesir bertindak sewenang-wenang terhadap budak Ibrani, sehingga dia membunuhnya. Hal ini yang mengakibatkan dia lari ke padang gurun Arab (Midian) (Kel 2:11-22). Kedua, manakala Musa telah dipanggil Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudaan Mesir. Ketika sampai di Sinai, sementara Musa naik ke gunung menerima segala perintah Tuhan (termasuk 10 perintah Allah di atas loh batu yang ditulis Allah sendiri), bangsa Israel di lereng gunung membuat lembu emas lalu menyembahnya. Ketika Musa turun dan menyaksikan ketidaktaatan bangsanya, dia marah besar dan membanting ke dua loh batu hingga pecah. Akibatnya, Musa harus membuat loh batu tersebut lagi (Kel 32,34). Dan ketiga, Musa marah ketika Bangsa Israel minta air, lalu dalam kemarahannya Musa memukul batu hingga keluar air. Padahal untuk kali itu, Musa diminta Tuhan untuk berbicara bukan memukul (Bil 20:10-12). Jadi walaupun Alkitab mencatat Musa adalah orang yang paling lembut hatinya (Bilangan 12:3), tetapi karena sifat pemarahnya tersebut, dia gagal masuk Kanaan. Hati-hati dengan amarah Saudara. Jangan sampai Tuhan marah juga!
Namun demikian sebelum akhir hayatnya, Musa membuat lagu dalam bentuk Mazmur.  Mazmur 90 boleh dikatakan salah satu sastra yang paling kuno di antara karya sastra yang pernah ditulis. Mazmur ini merupakan doa Musa pada saat dia sudah sangat lanjut usia (120 tahun?), doa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kebutuhan sehari-hari, doa yang disebut sebagai ‘a pray of a life not a pray for a living’. Banyak kali doa kita adalah doa yang mencari, meminta, menanti sesuatu yang kita butuhkan di dalam hidup sehari-hari: a pray for livingTapi doa Musa adalah doa yang menata kembali hidupnya: bagaimana menjalankan hidup, mengintrospeksi diri dan menilai diri sendiri. Karena hidup yang kita lalui sekarang ini, suatu hari nanti akan berhenti. Itu sebabnya mari kita minta Tuhan memberi kekuatan untuk menangani hidup kita dengan serius dan sungguh-sungguh.
Bagaimana Musa bisa mengarang lagu ? Telah terbukti untuk mengarang lagu, seseorang tidak harus pandai bermusik bahkan yang tidak tahu notasi pun, bisa. Karena lagu merupakan ekpresi batin yang dikeluarkan dalam bentuk kata (syair) dan nada.
Bisa saja kita berspekulasi misalnya karena tinggal di Mesir cukup lama, tentu Musa juga mempelajari atau setidaknya mengetahui seni budaya di Mesir pada waktu itu. Seni musik di Mesir dapat diketahui dengan adanya penemuan literatur pada prasasti yang sempat ditinggalkan di negara tersebut.  Misalnya, alat musik apa saja yang dipakai. Dalam prasasti tersebut ditemukan harpa, lyra, mandolin, dan suling dalam bentuk tunggal maupun ganda. Mungkinkah Musa menyanyi hanya dengan menggunakan salah satu dari alat musik tersebut ?
Mungkin saja ketika Musa menulis Mazmur, tanpa alat musik. Cuma dalam hal notasi, sistem nada (tangga nada) dari bangsa Mesir seperti aturan nada yang terdapat pada bangsa Cina dan India. Sejarah membuktikan bahwa lagu-lagu Mesir kuno memakai paling banyak hanya empat nada saja. Maka kemudian tetrachord (empat dawai) itu adalah dasar seni musik mereka, namun hal ini baru dirumuskan oleh Phytagoras yang hidup pada 570-480 SM di Yunani, dan sampai saat sekarang masih terdengar lagu-lagu yang tersusun dari empat nada tersebut di lembah sungai Nil. Selanjutnya, perkembangan musik di Mesir mencatat bahwa pada pemerintahan dari Firaun yang pertama (sejak tahun 3892 SM) telah ditentukan tujuh nada suci oleh para imam agung yang dinyanyikan oleh para pria maupun wanita di kuil, dan semata-mata hanyalah nada vocal tanpa boleh diiringi oleh alat musik apapun. (Sejarah musik jilid 1 karya Karl-Edmund Prier sj, hal 6-11).
            Memang Alkitab tidak mencatat prestasi dan karya Musa dalam hubungannya dengan musik sebanyak Daud. Karena memang panggilan Musa lebih banyak berdoa pada Tuhan.  “Tujuh Kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau..,” kata Daud (Mazmur 119:164). Tetapi Alkitab mencatat Musa kebanyakan berdoa seperti halnya bangsa Yahudi lainnya.
            Siapapun Saudara, bisa menjadi berkat dalam bentuk apa saja, termasuk mengarang lagu seperti Musa. Latar belakang dan skill Saudara memang turut mewarnai karya-karya Saudara, tetapi yang lebih penting dari semua itu adalah ketika Saudara dapat melihat kesalahan sendiri – bukan hanya kesalahan orang lain - sehingga bisa merevisinya. Nah, hasil revisi inilah yang bisa menjadi pelajaran bukan hanya untuk Saudara, tetapi untuk semua orang, supaya tidak melalui jalan yang sama dengan Saudara. (PRAISE # 16 / Yis).

Sumber : www.majalahpraise.com



PEMBAHAGIAN KITAB MAZMUR:

Kitab Mazmur adalah kitab yang terdiri dari beberapa puji-pujian yang pada awalnya belum dikumpulkan, namun untuk pertama kalinya atas usaha Daud diadakan pengumpulan sejumlah mazmur yang telah ada pada zamannya. Korah (Mzm 42 - 49) dan Asaf (Mzm 50: 73 - 83). Kemudian ditambahkan kumpulan yang lebih kecil seperti nyanyian ziarah (Mzm 120 - 134) dan mazmur-mazmur yang menggunakan ungkapan "Haleluya" (Mzm 146 - 150).
Proses berikutnya barulah dikumpulkan menjadi lima kumpulan atau lima jilid. Sehingga kitab Mazmur dapat dibagi lima jilid. Kelima kumpulan itu adalah sebagai berikut: Jilid I : Mazmur pasal 1 - 41; Jilid II : Mazmur pasal 42 - 72; Jilid III : Mazmur pasal 73 - 89; Jilid IV : Mazmur pasal 90 - 106; Jilid V : Mazmur pasal 107 - 150. Dibagi menjadi 5 bagian ini, agaknya meniru 5 (lima) buku Musa (Pentateuch). Ke lima jilid itu dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan disisipankannya kata-kata penutup, contohnya: "Amin ya amin" (Mzm 41:14) atau Haleluya (Mzm 107 -150). Kata-kata tersebut merupakan doxologi, baca juga Mazmur 72:18-20, 89:52, 106:48. Mazmur 150 berperan sebagai doxologi penutup kitab Mazmur, sedangkan Mazmur 1 nampaknya sebagai kata pembukaan kitab Mazmur. Pembagian Kelima jilid tersebut telah disusun sedemikian rupa dalam seluruh Alkitab yang diyakini orang-orang Kristen di dunia (termasuk Alkitab bahasa Indonesia).

GAYA SASTRA
Pengelompakan mazmur-mazmur yang paling tepat, diperoleh dengan jalan mempelajari gaya sastranya. Ditinjau dan segi gaya sastranya yang berbeda-beda dapat kita bedakan tiga jenis Mazmur, yaitu: Puji-pujian, Doa (permohonan) dan Ucapan syukur. Pengelompokkan ini tidak mencakup semua mazmur, sebab terdapat juga beberapa jenis campuran, mazmur-mazmur yang berbeda dari ketiga jenis tersebut, baik secara isi, tema, maupun bentuk mazmur-mazmur.

1. Puji-pujian.
Ke dalam kelompok ini termasuk antara lain : Mzm 8, 19, 29, 33,46-48, 76, 84, 87, 93, 96-100, 103-106, 113, 114, 117, 122, 135, 136, 145-150. Susunan mazmur-mazmur ini agak tetap. Setiap mazmur puji-pujian mulai dengan bagian pembukaan yang mengajak umat untuk memuji Tuhan. Bagian inti mazmur puji-pujian mengungkapkan berbagai alasan mengapa Allah harus dipuji, yaitu berbagai karya yang dilakukan Allah dalam alam dan yang dilakukanNya dalam sejarah, teristimewa penyelamatan yang dianugerahkan Allah kepada umat-Nya. Bagian penutup ada kalanya mengulang bagian pembukaan dan kadang-kadang berupa doa.
Menurut temanya kelompok mazmur-mazmur ini dapat dibagikan menjadi 2 (dua) macam,yaitu: pertama, Nyanyian-nyanyian Sion (Mzm 46, 48, 76, 87), ditulis dengan nada eskatologis seolah mengkeramatkan Kota Suci, yaitu tempat kediaman Yang Mahatinggi dan tujuan para peziarah (bndkan Mzm 84 dan 122). Kedua, Mazmur-mazmur Kerajaan Allah, khususnya Mzm 47, 93, 96-98, ditulis dengan gaya bahasa para Nabi. Mengagungkan Yahwe sebagai raja dunia semesta.

2. Doa-doa (permohonan) atau mazmur-mazmur penderitaan atau juga ratapan-ratapan.
Beda dengan Mazmur Puji-pujian, mazmur-mazmur permohonan itu tidak memuji kemuliaan Allah tetapi doa yang ditujukan kepadaNya. Pada umumnya bagian pembukaan mazmur ini berupa seruan yang disusul permohonan minta tolong.
Dalam bagian inti mazmur pendoa berusaha menggerakkan hati Allah dengan melukiskan di hadapanNya keadaan buruk si pendoa. Dalam menggambarkan keadaan itu dipakailah macam-macam kiasan yang sudah lazim, sehingga jarang dapat diketahui dengan pasti dalam keadaan apa si pemazmur menyampaikan permasalahannya kepada Tuhan. Misalnya, dikatakan tentang air, jurang, jerat-jerat maut atau jerat-jerat dunia orang mati (syeol), musuh-musuh atau binatang-binatang (anjing, singa, beruang dan sebagainya) yang mengancam atau menerkam, dsb. Ada mazmur di mana si pendoa menegaskan bahwa ia seorang benar (Mzm 7, 17, 26) dan juga yang berupa pengakuan dosa (Mzm 51) dan mazmur-mazmur tobat yang lain. Kepada Allah diingatkan karunia-karunia yang dahulu dianugerahkanNya atau dipertanyakan kehadiranNya (misalnya Mzm 9-10, 22, 44). Tetapi pemazmur juga dapat menegaskan bahwa ia tetap percaya dan mengharap (Mzm 3, 5, 42-43, 55-57, 63, 130, dll). Ada kalanya mazmur-mazmur permohonan itu hanya berupa suatu pengakuan iman dan pengharapan (Mzm 4, 11, 16, 23, 62, 91, 121, 125, 131). Sering kali permohonan diakhiri dengan mendeklarasaikan keyakinan bahwa doanya sudah dikabulkan dan dengan ucapan syukur (Mzm 6, 22, 69, 140).
Mazmur-mazmur permohonan tersebut dapat berupa doa bersama atau doa perorangan.
a) Doa bersama misalnya Mzm 12, 44, 60, 74, 79, 80, 83, 85, 106, 123, 129, 137. Doa-doa ini dicetuskan dengan alasan suatu bencana nasional, misalnya dikalahkannya atau dibinasakannya umat dalam perang, atau dengan alasan suatu keperluan bersama. Maka umat memohon keselamatan atau pemulihan bangsa. Setidak-tidaknya Mzm 74 dan 137, yang serupa dengan Ratapan yang ditulis nabi Yeremia, mencerminkan keadaan karena kehancuran kota Yerusalem pada tahun 587 SM (2 Raja 25:8-9). Mzm 85 merupakan ekspresi hati kaum buangan yang sudah kembali ke tanah airnya. Sedang-kan Mzm 106 berupa suatu pengakuan dosa umat.
b) Doa perorangan misalnya Mzm 3, 5-7, 13, 17, 22, 25, 26, 28, 31, 35, 38, 42-43, 51, 54-57, 59, 63, 64, 69-71, 77, 86. 102, 120, 130, 140-143. Jumlah mazmur ini cukup besar dan pokok isinya bermacam-macam, seperti bahaya maut, penganiayaan, pembuangan, usia lanjut, dan ada juga permohonan dibebaskan dari penyakit, fitnah dan dosa. Sukar memastikan siapa sesungguhnya musuh-musuh, yaitu "mereka yang berbuat jahat", yang menjadi sebab keluhan atau kemarahan si pendoa. Tetapi bagaimanapun juga musuh-musuh itu bukanlah semacam mantera penangkis, bukan juga raja yang berbicara atas nama seluruh rakyatnya, sebagaimana ditafsirkan oleh sebagian ahli. Memang sejumlah doa pribadi kemudian disesuaikan dengan keadaan rakyat secara menyeluruh dan dipakai sebagai ratapan umat (Mzm 22, 28, 59, 69, 71, 102). Dan ada pula mazmur-mazmur rajawi. Namun semua doa perorangan itu akhirnya dipakai oleh umat bersama (karena itulah mazmur-mazmur itu tercantum dalam kitab Mazmur). Jadi awal dan aslinya mazmur-mazmur itu diciptakan oleh orang tertentu, secara perorangan sesuai dengan salah satu keperluan khusus. Mazmur-mazmur itu berupa seruan hati dan ungkapan kepercayaan pribadi.

3. Ucapan syukur.
Ditinjau dari segi sastra susunan ucapan syukur itu berdekatan dengan susunan mazmur-mazmur puji-pujian. Jumlah mazmur-mazmur itu cukup besar juga, misalnya: Mzm 18, 21, 30, 33, 34, 40. 65-68, 92, 116, 118, 124, 129, 138, 144. Jarang mazmur-mazmur jenis ini yang dibuat secara kolektif. Lebih sering bersifat perorangan. Setelah si pendoa melukiskan kemalangan yang dideritanya dan bagaimana doanya dikabulkan, maka ía merumuskan rasa terima-kasihnya dan mengajak kaum beriman, supaya turut memuji Allah. Bagian terakhir ini kerap kali memberi kesempatan untuk menyisipkan unsur-unsur pengajaran moral bagi yang diajak doa atau pembacanya. 

selain 3 Jenis Mazmur dikemukakan di atas, masih ada jenis Mazmur yang ke 4, yaitu Mazmur Campuran. Campuran dari ke 3 jenis Mazmur sebelumnya.

JENIS MAZMUR CAMPURAN 
Pembagian 3 jenis mazmur yang disebut  sebelumnya memang kurang lengkap, kurang mengakomodir semua tulisan dalam kitab Mazmur. Karena susunan di dalam nya memang ada nya campuran dari ke 3 Jenis Mazmur sebelumnya, misalnya setelah pemazmur meratap dilanjutkan dengan suatu ucapan kepercayaan (Mzm 27, 31), dan ada ratapan (Jenis Mazmur Doa) yang disusul dengan sejenis Mazmur uacapan syukur (Mzm 28, 57). Mzm 89 mula-mula berupa suatu lagu puji-pujian (Jenis Mazmur Puji-pujian), tetapi kemudian mazmur itu menjadi suatu firman Allah dan berakhir dengan ratapan. Mzm 119 yang panjang tentu saja memuji-muji hukum Taurat, tetapi sekaligus berupa ratapan perorangan dan menguraikan ajaran mengenai hikmat. Memang Mzm 1, 112 dan 127 merupakan karya murni dari kalangan para bijaksana. Tetapi ada mazmur lain serupa yang tetap memiliki ciri-ciri dari jenis lirik: Mzm 25 berdekatan dengan ratapan, Mzm 32, 37, 73 berdekatan dengan ucapan syukur, dan lain-lainnya. 
Dalam mazmur-mazmur lain diketemukan firman-firman Allah dan bahkan ada yang berupa firman Allah yang diuraikan lebih lanjut. misalnya Mzm 2, 50, 75, 81, 82, 85, 95, 110. Belakangan ini ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa mazmur-mazmur semacam itu sungguh-sungguh firman Allah yang disampaikan para imam selama berlangsungnya upacara-upacara dalam Bait Allah. Sebagian ahli lain berpendapat bahwa mazmur-mazmur itu hanya memanfaatkan gaya bahasa para nabi, tetapi sebenarnya tidak bersangkutan dengan ibadat. Masalahnya tetap dipersoalkan. Tetapi di satu pihak orang harus mengakui bahwa kitab Mazmur berdekatan dengan sastra kenabian (ada sifat profetiknya), tidak hanya sehubungan dengan firman-firman Tuhan, tetapi juga sehubungan dengan bermacam-macam pokok lain, misalnya penyataan Allah, kiasan “cawan” yang melambangkan murka Allah, kiasan “api”, “kui”, dan sebagainya. Di lain pihak juga perlu diakui bahwa ada hubungan erat antara Kitab Mazmur dan ibadat dalam Bait Allah. 

PEMBAGIAN VERSI LAIN KITAB MAZMUR
Ada juga  yang membagi Jenis Kitab Mazmur dalam kelompok seperti ini :
Keseluruhan Kitab Mazmur masih dapat dibagi dalam sepuluh kelompok (J.Blomendaal,1996:145; J.D. Douglas, 1995:44). Kesepuluh kelompok kitab Mazmur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mazmur Pujian, yakni: pasal 33, 65, 68, 96, 98, 100, 103, 104, 105, 117, 145 – 150.
2. Mazmur ucapan syukur, dibagi dua sifat yaitu: Yang ber-Sifat Kolektif (dipakai oleh jemaat), yakni: pasal 67, 124,   dan 135. 
    Dan Yang ber-Sifat Pribadi (satu orang saja), yakni: pasal 9, 18, 32, 107, 116.
3. Mazmur yang memuji YAHWEH sebagai raja, yakni: pasal 47, 93, 97, 99.
4. Mazmur Raja Israel, yakni: pasal 2, 18, 20, 21, 45, 72, 110, 132.
5. Mazmur Ratapan, dibagi dua sifat yaitu: Yang ber-Sifat pribadi, yakni: pasal 3, 6, 13, 22, 25, 38, 39, 42, 43, 51, 61, 63, 86, 102.
    Dan yang ber-Sifat umum, yakni: pasal 44, 74, 79, 80, 83.
6. Mazmur Ziarah, yakni: pasal 120 – 134.
7. Mazmur mengenai sejarah Israel, yakni: pasal 78, 95, 105, 106, 114.
8. Mazmur Taurat, yakni: pasal 19:8 dst, 119.
9. Mazmur Kemenangan, yakni: pasal 18, 46, 66, 76.
10.Mazmur Berkat dan Kutuk, yakni: pasal 1, 28, 134 dan pasal 137.

Ada pula yang membagi berdasarkan corak isi Mazmur nya :
KELUHAN : Mazmur 3-7, 13, 17, 22, 25-28, 31, 32, 35, 38, 42-43, 51, 54-57, 59, 61, 62, 64, 69-71, 86, 88, 102, 109, 130, 140-143.
KEPERCAYAAN : Mazmur 11, 16, 23, 123, 125, 129, 131.
RATAPAN : Mazmur 12, 44, 60, 74, 79, 80, 83, 85, 90, 126.
ZIARAH : Mazmur 15, 81, 84, 91, 95, 115, 121, 122.
TUHAN RAJA :Mazmur 24, 46-48, 68, 76, 87, 93, 96-99, 149.

Kesimpulan : Bagaimanapun pembagian kitab Mazmur, para ahli mencoba untuk mempelajari kitab Mazmur ini dengan berbagai pendekatan, mulai dari corak sastranya, corak isinya, gaya bahasanya. Tujuan adalah untuk memahami dengan mudah isi dari kitab Mazmur tersebut, sehingga bisa diambil banyak pelajaran daru dalamnya. Mungkin Pembaca memiliki cara tersendiri dalam mengerti isi Mazmur, lalu membuat pembagian yang berbeda. Hal itu menjadi sumbangan yang berarti bagi kita semua. (Sumber : PRAISE # 12/ Yis). Sumber : www.majalahpraise.com

Bersambung : Hubungan kitab Mazmur dengan Ibadah





No comments:

Post a Comment

Recent Post