Latest News

Monday, May 6, 2019

48-Pendahuluan Kitab-kitab dalam Alkitab PB Mt dst


Pendahuluan Matius

Injil Matius ditulis oleh seorang Yahudi yang pada masa itu sedang menduduki suatu jabatan yang cukup tinggi sebagai pemungut cukai bagi pemerintahan Romawi. Kemudian Yesus berkata kepadanya: Ikutlah Aku. Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia (Matius 9:9)

Matius menyatakan tujuan penulisan Injilnya dalam kalimat pertama kitabnya: Inilah silsilah Yesus Kristus, anak (keturunan) Daud, anak Abraham (Matius 1:1). Gelar Anak Daud dan Anak Abraham ditemukan 10 kali dalam Injil Matius. Anak Daudmenunjukkan Kristus sebagai Mesias-Raja yang telah dinubuatkan oleh para nabi, sedangkan Anak Abraham menjelaskan hubungan Yesus dengan perjanjian yang Allah telah buat dengan Abraham: Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kejadian 12:3; 17:7II Samuel 7:8-17). Tuhan Yesus menegaskan penggenapan nubuatan ini kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya, kataNya: Jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia (Mesias), kamu akan mati dalam dosamu...... Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. ..... Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu mengasihi Aku........namun Iblislah yang menjadi bapamu (Yohanes 8:24,39,42,44).

Atas ilham Roh Kudus, Rasul Paulus selanjutnya menyatakan siapa sebenarnya anak-anak rohani Abraham, bapa semua orang-orang beriman, baik orang-orang Yahudi maupun kafir. Paulus menulis: Bahwa mereka yang hidup dari iman (kepada Yesus sebagai Mesias), mereka itulah anak-anak Abraham...... Adapun kepada Abraham di ucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya (Yesus). Tidak dikatakan “kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: “dan kepada keturunanmu”, yaitu Kristus. ..... Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus...... Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (Galatia 3:7,16,27,29).

Matius menghubungkan silsilah Yesus dengan Yusuf. Namun, Yusuf hanya bertindak sebagai bapa Yesus secara hukum, bukan bapa Yesus secara biologis. Perhatikan dalam silsilah ini bahwa setiap anak keturunan bapanya secara darah dan daging dijelaskan dengan menggunakan perkataan memperanakkan. Namun dalam Matius 1:16 kita melihat suatu perobahan yang nyata ketika berbicara mengenai kelahiran Yesus yang supranatural, karena dikatakan: Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.Perubahan yang tampak jelas ini menunjukkan bahwa Yesus adalah anak Maria secara biologis tetapi bukan anak Yusuf secara biologis.

Tujuan utama Matius ialah menghubungkan nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama mengenai Mesias dengan penggenapan-penggenapannya seperti terlihat dalam kelahiran, kehidupan dan pelayanan Yesus. Yesus dilahirkan di Betlehem (Matius 2:1), menggenapi nubuatan nabi Mikha bahwa Mesias itu akan dilahirkan di kota Daud (Mikha 5:2; juga Lukas 2:4). Dapat ditemukan lebih dari 100 kutipan baik secara langsung maupun tidak langsung dari kitab Taurat, nabi-nabi, dan Mazmur yang dicatat oleh Matius. Perkataan hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh Nabi ditemukan 13 kali dalam Matius (Matius 1:22; 2:15,17,23; 4:14; 8:17; 12:17; 13:14,35; 21:4; 26:56; 27:9,35).
Oleh karena fokus perhatian nubuatan seluruh Perjanjian Lama tertuju kepada kedatangan Mesias yang dijanjikan dan KerajaanNya, maka Matius menggunakan perkataan Kerajaan Sorga lebih dari 31 kali dan mencatat tujuh perumpamaan Yesus yang dimulai dengan perkataan: Kerajaan Sorga itu seumpama (Matius 13:24,31,33, 44-45,47,52). Matius juga mencatat lebih dari 20 mujizat sebagai bukti keMesiasan Yesus.

Reaksi-reaksi orang banyak terhadap Yesus dicatat dalam fasal 11 sampai 18. Tak ada alasan untuk meragukan identitasNya yang sebenarnya. Kaum Sanhedrrin menyimpan arsip silsilah yang lengkap mengenai keturunan Raja Daud. Menarik untuk diamati bahwa musuh-musuh Yesus pun tak pernah berusaha membatalkan pernyataan atau pengakuanNya sebagai keturunan Abraham atau keturunan Raja Daud.

Untuk menghilangkan segala keraguan menyangkut siapa sebenarnya Yesus itu, kita membaca bahwa ketika Ia dibaptiskanterdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan (Matius 3:17). Pengungkapan tentang siapa Yesus sebenarnya juga dinyatakan dengan jelas dalam peristiwa pemuliaan Yesus di atas gunung yang melaporkan bahwa ketika Ia sedang bercakap dengan Musa dan Elia terdengarlah suara yang mengatakan Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia (Matius 16:16; 17:2-5). Peristiwa ini mengakhiri pelayanan Yesus di Galilea kemudian berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea (Matius 19:1). Dengan tekun Ia memusatkan perhatianNya untuk menggenapi tujuanNya meninggalkan sorga itu untuk turun ke dunia ini. Ia akan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan (Matius 20:18-19).

Matius juga melaporkan tentang masukNya Yesus ke kota Yerusalem yang penuh semarak. Ia diikuti oleh orang banyak yang sangat besar jumlahnya yang bersorak-sorak: Hosana bagi Anak Daud (Matius 21:8-9).

Sebelum penyalibanNya, ketika Yesus duduk di bukit Zaitun mengajar murid-muridNya, Ia memberitakan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sebelum kedatanganNya kembali yang dalam Matius 24 - 25. Setelah penyaliban, penguburan dan kebangkitanNya, seorang malaikat menyampaikan berita sukacita mengatakan: Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia (Matius 28:7). Pada akhirnya di atas Bukit Zaitun, 40 hari setelah kebangkitanNya, Yesus menyampaikan pesanNya kepada murid-muridNya: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu(Matius 28:19-20).

47-Pendahuluan Kitab-kitab dalam Alkitab PL Kej dst

Pendahuluan Kejadian
Laporan yang diilhamkan oleh Allah, yang dikenal sebagai Kitab Suci ini, menyatakan bahwa Allah adalah Pribadi yang Hidup, Pencipta tertinggi dan berkuasa mutlak atas seluruh alam ini (Yohanes 1:1-3Kolose 1:16-17).
Kalimat pertama pada satu-satunya wahyu Allah kepada manusia ini diawali dengan perkataan: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1). Kitab Kejadian adalah buku pertama dari lima buku yang diilhamkan Allah kepada Musa untuk ditulis. Pemahaman tentang Kejadian sangat penting agar kita dapat memperoleh pengetian mengenai Sang Pencipta kita dan rencanaNya bagi kehidupan kita. Kejadian mengungkapkan kebenaran-kebenaran mendasar mengenai Allah sebagai Pencipta, Penyelamat yang penuh kemurahan, Pemimpin, dan Pemelihara, serta Hakim bagi mereka yang tidak memperdulikanNya. Kitab ini berisi satu-satunya laporan yang akurat mengenai asal usul dunia ini; penciptaan manusia, penetapan perkawinan, dan keluarga serta bagaimana kita ditetapkan untuk mengalami kematian karena dosa maupun apa yang kita harus lakukan untuk beroleh hidup kekal.

Ketika Yesus ditanya oleh para pengeritikNya mengenai perceraian, Ia tidak hanya menegaskan tentang keabsahan kitab Kejadian, melainkan Ia juga membeberkan kepalsuan Teori Evolusi. Kristus mengutip kitab Kejadian dengan mengatakan: Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging? (Matius 19:4-6Kejadian 1:27; 2:24). Kristus pula menegaskan tentang hubungan Kitab Kejadian dengan iman seseorang kepadaNya, dengan berkata: Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaKu, sebab ia telah menulis tentang Aku(Yohanes 5:46).
Kehandalan historis dari Kitab Kejadian jelas nyata dalam Injil Matius ketika Yesus berbicara tentang Nuh (Matius 24:37-38Kejadian 6:5,13; 7:6-23), dan tentang Sodom dan Gomorah (Matius 10:15Kejadian 19:24-25).
Firman Tuhan tidak perlu pengukuhan dari pihak manusia; apabila kesimpulan yang diambil oleh para arkeolog atau astronom bertentangan dengan Firman Allah, maka itu jelas membuktikan bahwa kesimpulan berdasarkan pikiran para ilmuwan yang terbatas itu telah keliru.

Allah Tritunggal terlihat dalam fasal 1 yang mengatakan: Allah menciptakan ..... Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air .... Baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Kita (Kejadian 1:1-2,26). Yesus juga mengatakan: Segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Yohanes 1:3; untuk penjelasan lebih lanjut mengenai Trinitas, lihat renungan tanggal 18 Oktober tentang Markus 12:29-30). Tujuan Alkitab bukan untuk menjadikan kita sebagai astronom, geolog, atau antropolog, melainkan untuk menuntun kita agar kita dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaan Allah terhadap kita. Selanjutnya, Alkitab adalah Satu-satunya Sumber yang benar untuk memahami tujuan hidup manusia, serta menyiapkan kita memperoleh kehidupan kekal di Sorga bersama-sama dengan Sang Pencipta kita.

Fasal 1 -- 11 mencatat tentang 2,000* tahun pertama dari sejarah manusia. Sepanjang periode itu, enam peristiwa penting terjadi: (1) penciptaan segala sesuatu; (2) dosa Adam dan Hawa; (3) 1500 tahun kemudian, pembangunan bahtra oleh Nuh; (4) Air Bah; (5) 300 tahun kemudian, pembangunan menara Babel; dan (6) pengacauan bahasa manusia.
Fasal 12 -- 50 mencakup 500 tahun* berikutnya yang menyoroti kehidupan empat tokoh yaitu Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Melalui tokoh-tokoh ini, kita menyaksikan kasih dan kesediaan Allah untuk melindungi dan memelihara umatNya.

Kejadian mengantar pembaca untuk melihat karya penebusan Allah, sebagaimana Wahyu, kitab terakhir, menubuatkan tentang bagaimana segala sesuatu yang ada sekarang akan berakhir pada permulaan kekekalan itu.
*Perhatian: Tahun yang dimaksud menunjukkan perkiraan periode-periode waktu.


Pandangan Gereja Katolik

[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan dari Sary ini kami bagi menjadi dua bagian, bagian pertama (no 1-6) dan bagian kedua (no 7 dan 8). Berikut ini adalah pertanyaan dan jawaban bagian pertama, yaitu tentang kitab-kitab Deuterokanonika. Sedangkan bagian kedua akan kami jawab di artikel terpisah]

Pertanyaan:

Shalom, Ibu Inggrid dan Pak Steve
Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan tantangan iman dari seorang pengajar teologi dan filsafat Kristen. Beliau menyatakan bahwa agama yang memakai alkitab Deuterokanonika adalah agama yang sesat. (dan itu juga berarti bahwa beliau menuduh bahwa Gereja Katolik adalah sesat). Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan sehubungan dengan hal ini:
1. Mengapa Deuterokanonika tidak dijadikan satu dalam bagian kitab Perjanjian Lama, namun dipisahkan menjadi kitab Deuterokanonika itu sendiri? Saya mendengar bahwa dalam cetakan Inggris Deuterokanonika tidak dipisahkan dan menjadi satu dalam kitab PL dan urutannya pun berbeda. Apakah benar? Apabila benar, mengapa dalam cetakan Indonesia kitab Deuterokanonika itu dipisahkan?
2. Sebenarnya apakah arti kata Deuterokanonika itu dan apa sajakah syarat dan ketentuan yang ditentukan oleh Bapa dan Gereja awal sehingga diputuskan bahwa Deuterokanonika masuk ke dalam bagian Alkitab?
3. Apakah dasar yang dipakai oleh Marthin Luther sehingga ia membuang kitab-kitab Deuterokanonika dari Perjanjian Lama?
4. Saya membaca beberapa bagian dalam kitab Deuterokanonika. Dalam kitab tersebut pada akhir pasal dituliskan catatan kaki yang menunjukkan hubungan antara ayat dalam Deuterokanonika dengan ayat-ayat dalam Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru. Pertanyaan saya, apakah catatan kaki ayat-ayat tersebut itu ditulis untuk menjelaskan ayat dalam PL/ PB ataukah adanya catatan kaki di Deuterokanonika itu menunjukkan bahwa penulisan PL atau PB itu juga mengutip ayat-ayat dari Deuterokanonika?
5. Saya juga telah membaca beberapa kutipan mengenai penggunaan ayat Deuterokanonika dalam PL/PB seperti yang tersedia di website Bapak/ Ibu. Pertanyaan saya, apakah pengutipan itu diambil dari kitab Deuterokanonika saja ataukah ada juga yang diambil dari kitab lain?
Contoh : Matt. 2:16 – Herod’s decree of slaying innocent children was prophesied in Wis. 11:7 – slaying the holy innocents.
Matt. 6:19-20 – Jesus’ statement about laying up for yourselves treasure in heaven follows Sirach 29:11 – lay up your treasure.
6. Saya juga membaca mengenai orang-orang protestan yang tidak mengakui Deuterokanonika karena orang-orang Yahudi sendiri menolak kitab tersebut. Mohon penjelasannya secara rinci siapakah yang dimaksud dengan Yahudi itu.
Sary

Jawaban:

Shalom Sary,
Sebenarnya pertanyaan- pertanyaan anda banyak yang terjawab melalui artikel Perkenalan dengan Kitab Suci (bagian ke-2), silakan klik.

1. Kitab Deuterokanonika memang merupakan satu kesatuan dengan Kitab Perjanjian Lama

Kitab Deuterokanonika memang merupakan satu kesatuan dengan Kitab Perjanjian Lama (yang terdiri dari 46 kitab). Dalam edisi Vulgate (kitab Suci yang ditulis berdasarkan Septuagint, yaitu yang memuat kitab Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani pada tahun 250- 125 BC) Kitab Deuterokanonika termasuk di dalamnya, inilah yang dipakai oleh Gereja Katolik sampai sekarang. Maka benar bahwa di dalam Alkitab Katolik versi bahasa Inggris, memang kitab Deuterokanonika ini disatukan di dalam Perjanjian Lama. Jika di versi bahasa Indonesia dipisahkan, saya rasa itu kemungkinan karena pertimbangan kemudahan percetakan, dengan menggunakan dasar versi yang sudah ada dan diterima secara umum oleh semua umat Kristen di Indonesia.

2. Deuterokanonika adalah istilah yang dipakai setelah abad ke 16

Deuterokanonika adalah istilah yang dipakai setelah abad ke 16, yang artinya adalah yang termasuk dalam kanon kedua. Istilah ini dipakai untuk membedakan dengan kitab-kitab Perjanjian Lama lainnya yang diterima oleh gereja Protestan, yang disebut sebagai proto-canon. Namun sebenarnya Kitab Deuterokanonika ini telah termasuk dalam kanon Septuaginta, yaitu Kitab Suci yang dipergunakan oleh Yesus dan para Rasul. Dengan berpegang pada Tradisi Para Rasul,  Magisterium Gereja Katolik memasukkan kitab Deuterokanonika dalam kanon Kitab Suci, seperti yang telah ditetapkan oleh Paus Damasus I (382) dan kemudian oleh Konsili Hippo (393) dan Konsili Carthage (397). Kita percaya mereka diinspirasikan oleh Roh Kudus untuk menentukan keotentikan kitab-kitab ini, berdasarkan ajaran- ajaran yang terkandung di dalamnya. Kitab- kitab Deuterokanonika ini, bersamaan dengan kitab-kitab lainnya dalam PL dan PB, dikutip oleh para Bapa Gereja di abad- abad awal untuk pengajaran iman, dan prinsip- prinsip pengajaran pada kitab Deoterokanonika ini berada dalam kesatuan dengan PL dan PB.

3. Martin Luther tidak membuang Kitab- kitab Deuterokanonika

Sebenarnya, Martin Luther tidak membuang Kitab- kitab Deuterokanonika. Luther memasukkan kitab-kitab Deuterokanonika itu di dalam terjemahan kitab suci-nya yang pertama dalam bahasa Jerman. Kitab Deuterokanonika juga terdapat di dalam edisi pertama dari King James version (1611) dan cetakan Kitab Suci pertama yang disebut sebagai Gutenberg Bible (yang dicetak satu abad sebelum Konsili Trente 1546). Kenyataannya, kitab-kitab Deuterokanonika ini termasuk di dalam hampir semua Kitab Suci sampai Komite Edinburg dari the British Foreign Bible Society memotongnya pada tahun 1825. Sampai sebelum saat itu, setidaknya kitab Deuterokanonika masih termasuk dalam appendix dalam Alkitab Protestan. Maka secara historis dapat dibuktikan, bahwa bukan Gereja Katolik yang menambahkan kitab Deuterokanonika, namun gereja Protestan yang membuangnya.
Namun demikian memang diketahui bahwa Luther cenderung menilai kitab-kitab dalam Kitab suci seturut dengan penilaiannya sendiri. Misalnya, ia melihat kitab Ibrani, Yakobus, Yudas dan Wahyu sebagai kitab-kitab yang lebih rendah dibandingkan dengan kitab-kitab yang lain. Demikian juga dalam debatnya dengan Johannes Eck (1519) tentang Api Penyucian, maka ia merendahkan bukti yang diajukan oleh Eck yaitu kitab 2 Makabe 12, dengan merendahkan kitab-kitab Deuterokanonika secara keseluruhan. Ia juga mengatakan bahwa ketujuh kitab dalam Deuterokanonika tidak dikutip secara langsung di dalam PB. Namun jika ini acuannya, maka ada kitab-kitab yang lain dalam PL yang juga tidak dikutip dalam PB, seperti contohnya kitab Ezra, Nehemia, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung, tetapi apakah kita akan membuang semua kitab-kitab itu? Tentu tidak bukan. Lagipula meskipun tidak ada kutipan langsung, namun ada banyak kutipan dalam PB yang mengacu pada apa yang tertulis dalam kitab Deuterokanonika. Contohnya, Ibr 11:35 tentang “Ibu-ibu yang menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab telah dibangkitkan. Beberapa disiksa dan tidak mau menerima pembebasan supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik….” ini mengacu kepada kisah seorang ibu yang menyerahkan ketujuh anak- anaknya dan akhirnya dirinya sendiri untuk disiksa, demi mempertahankan ketaatan mereka kepada hukum Taurat, seperti dikisahkan dalam kitab 2 Makabe 7. Kisah ini tidak ada di dalam kitab- kitab PL lainnya. Atau ayat 1 Korintus 2:10-11 yang mengajarkan bahwa manusia tidak dapat menyelami hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah yang telah ditulis dalam Yudith 8:14.

4. Catatan kaki yang terdapat pada kitab Deuterokanonika itu mengacu kepada ayat-ayat lain di dalam Alkitab

Catatan kaki yang terdapat pada kitab Deuterokanonika itu mengacu kepada ayat-ayat lain di dalam Alkitab yang mengisahkan hal yang sama/ serupa. Adanya kaitan ayat- ayat ini membuktikan bahwa kitab- kitab Deuterokanonika bukanlah kitab-kitab yang berdiri sendiri, melainkan merupakan kesatuan dengan kitab-kitab lainnya baik yang ada di PL maupun PB. Bahwa ada rujukan ke PL artinya ayat- ayat dalam kitab- kitab Deuterokanonika tersebut tersebut mengajarkan hal yang sama/ serupa dengan kitab- kitab PL lainnya, dan bahwa ada rujukan ke PB artinya pengajaran pada ayat- ayat kitab-kitab Deuterokanonika tersebut juga dikutip oleh para pengarang kitab- kitab PB, meskipun secara tidak langsung; atau prinsip pengajarannya diambil dan diajarkan kembali dalam PB.
Pada Alkitab The Jerusalem Bible, 1966, terbitan Dayton, Longman & Todd, Ltd dan Double Day,  tercantum cukup banyak catatan pada ayat- ayat Kitab Deuterokanonika yang mengacu kepada ayat- ayat kitab-kitab lainnya di PL dan PB. Semua ini sungguh menjadi bukti yang kuat bahwa kitab-kitab Deuterokanonika ini sama-sama diinspirasikan oleh Roh Kudus, sama seperti kitab-kitab lainnya dalam PL dan PB.

5. PB memang mengambil banyak referensi kepada pengajaran di PL, termasuk kitab Deuterokanonika

Jika diperhatikan maka kita ketahui bahwa ayat- ayat di PB memang mengambil banyak referensi kepada pengajaran di PL, termasuk kita Deuterokanonika. Ada yang dikutip sama persis, atau ada juga yang kemudian diperjelas ataupun disempurnakan. Dalam konteks inilah kita melihat nubuat pembunuhan kanak- kanak pada Keb 11:7, yang kemudian diperjelas dalam Mat 2:16 tentang pembunuhan bayi-bayi dan kanak-kanak di bawah umur 2 tahun pada jaman kaisar Herodes. Sedangkan contoh yang lain pada Mat 6:19-20 yang mengajarkan agar kita tidak menaruh perhatian kepada mengumpulkan harta dunia yang bermakna kosong, melainkan kepada harta surgawi, itu secara prinsip telah diajarkan dalam PL, yaitu Sir 29:8-12, Ayb 22:24-26; Mzm 62:10, Tob 4:9, selain juga diajarkan di PB, yaitu Yak 5:2-3, ataupun di ayat paralelnya pada Injil Lukas 12:33-34.
Contoh- contoh semacam ini banyak sekali. Maka, jika anda tertarik mempelajarinya, saya menganjurkan anda membeli buku the Jerusalem Bible, dan anda dapat melihatnya dengan lebih detail.

6. Alasan tidak menerima kitab-kitab Deuterokanonika karena orang-orang Yahudi sendiri menolak kitab-kitab tersebut adalah alasan yang sangat ‘absurd‘/ tidak masuk akal.

Sebenarnya alasan tidak menerima kitab-kitab Deuterokanonika karena orang-orang Yahudi sendiri menolak kitab-kitab tersebut adalah alasan yang sangat ‘absurd‘/ tidak masuk akal. Yang dimaksud di sini mungkin adalah bahwa kanon Ibrani yang ditetapkan oleh para rabi Yahudi dalam konsili Javneh/ Jamnia sekitar tahun 100,  hanya memuat 39 kitab PL, sedangkan Gereja Katolik berpegang pada Septuagint yang memuat 46 kitab (termasuk Deuterokanonika). Para rabi itu adalah orang -orang yang menolak Kristus, mereka tidak percaya kepada Kristus bahkan sampai saat ini. Bagaimanakah mereka dapat menentukan bagi Gereja, mana kitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, dan mana yang tidak? Mereka (para rabi itu) menolak Kristus (kalau tidak menolak, mereka sudah jadi umat Kristiani), lalu bagaimana sekarang kita dapat mengatakan bahwa para rabi itu dipenuhi Roh Kudus untuk menentukan kanon Kitab Suci bagi Gereja?
Lagipula, jika kita mau secara obyektif melihat, selayaknya kita melihat pada penjelasan para pengarang Protestan yang bernama Gleason Archer dan G.C. Chirichigno membuat daftar yang menyatakan bahwa Perjanjian Baru mengutip Septuagint sebanyak 340 kali, dan hanya mengutip kanon Ibrani sebanyak 33 kali.((Gleason Archer dan G. C. Chirichigno, Old Testament Quotations in the New Testament: A Complete Survey (Chicago, IL: Moody Press, 1983), xxv-xxxii.)) Dengan demikian, kita ketahui bahwa dalam Perjanjian Baru, terjemahan Septuagint dikutip sebanyak lebih dari 90%. Jangan lupa, seluruh kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Dan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa Yunani inilah yang ditolak oleh para Rabi Yahudi. Tetapi apakah kitab-kitab PL yang tertulis dalam bahasa Yunani ini berarti tidak diinspirasikan oleh Roh Kudus? Tentu tidak bukan. Meskipun ditulis bukan dalam bahasa Ibrani, kitab-kitab tersebut tetap orisinil dan asli, sebab memang pada saat itu bahasa yang umum digunakan adalah bahasa Yunani.
Demikian yang dapat saya tuliskan untuk pertanyaan anda no 1 sampai 6. Jawaban no.7 dan 8-nya menyusul, karena topiknya juga berbeda dengan yang telah disampaikan di atas.
Kalau ada yang menuduh Gereja Katolik itu sesat, janganlah sampai membuat kita marah atau membalas. Janganlah kita menghakimi mereka ataupun mengatakan hal-hal yang negatif tentang mereka, sebab bisa jadi memang mereka mengatakan demikian karena mereka diajarkan demikian oleh para pengajar mereka (mereka tahu-nya demikian). Maka yang terpenting, menurut hemat saya, adalah kita sebagai orang Katolik mempelajari iman kita agar kita dapat menemukan kebenaran. Jadi, kalau ada orang yang bertanya pada kita, kita tahu bagaimana harus memberikan pertanggungjawaban iman kita. Biar bagaimanapun Kebenaran itu akan kelihatan dengan sendirinya, dan membuktikan bahwa Gereja Katolik, yang setia berpegang kepadanya, tidak sesat seperti yang dituduhkan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org


Apakah Deuterokanonika Tidak Termasuk Dalam Alkitab ?

Umat Kristen non-Katolik sering mengatakan bahwa kitab-kitab deuterokanonika disebut kitab-kitab Apokrif dan seharusnya tidak menjadi bagian dari Kitab Suci. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat kita pegang:

1. Sebaiknya tidak menggunakan istilah “Apokrif”

Sebenarnya menurut St. Agustinus perkataan “Apokrif” atau apocrypha artinya adalah ‘tidak jelas asal usulnya’ yang berkonotasi dengan buku yang tidak diketahui pengarangnya atau buku yang keasliannya dipertanyakan. Namun secara umum, perkataan “apokrif” tadi diartikan sebagai sesuatu yang ‘tersembunyi, salah, buruk atau sesat’, sehingga sebaiknya kita tidak menggunakan kata “apokrif” karena artinya sama sekali bukan penghalusan kata “deuterokanonika”, tetapi malahan sebaliknya, sebab menganggap bahwa kitab- kitab ini tidak diinspirasikan oleh Roh Kudus.
Maka sebaiknya kita menggunakan saja kata “Deuterokanonika” yang terjemahan bebasnya adalah, “kanon yang kedua/ secondary”. Istilah ini dikenal pada abad ke-16, yaitu setelah Martin Luther dan para pengikutnya mulai membedakan antara ketujuh kitab dalam PL dengan kitab- kitab PL lainnya (yang mereka sebut sebagai proto-canon). Padahal, sudah sejak awal kitab- kitab Deuterokanonika termasuk dalam Septuagint, yaitu Kitab Suci Perjanjian Lama yang ditulis di dalam bahasa Yunani, yang adalah Kitab Suci yang dipegang oleh Kristus dan para rasul.

2. Tidak seharusnya kita mengikuti hasil Konsili Javneh/ Jamnia

Setelah kehancuran Yerusalem di tahun 70, yaitu tepatnya tahun 90- an  para ahli kitab Yahudi mengadakan konsili Jamnia (Javneh) untuk meninjau kanon Kitab Suci mereka, sambil juga menolak keberadaan Injil yang tidak mereka pandang sebagai tulisan yang diinspirasikan oleh Allah, karena mereka menolak Kristus. Konsili ini akhirnya memutuskan untuk  tidak memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika di dalam Kitab agama Yahudi. Apa alasan persisnya kenapa disebut demikian memang tidak diketahui. Ada yang menyebutkan karena naskah asli dalam bahasa Ibraninya tidak diketemukan, namun yang ada hanya terjemahan bahasa Yunaninya, walaupun para Bapa Gereja pada jemaat Kristen awal tidak  meragukan keaslian kitab-kitab ini. Silakan membaca di link ini, silakan klik, untuk mengetahui bahwa para Bapa Gereja tidak pernah meragukan keotentikan kitab- kitab Deuterokanonika, dan bahkan mengutip ayat- ayat dalam Kitab tersebut dalam pengajaran mereka. [Para Bapa Gereja yang mengutip kitab- kitab Deuterokanonika dalam ajaran mereka, dan dengan demikian tidak meragukan keotentikan kitab tersebut, adalah: Para rasul dalam ajaran mereka Didache, Klemens, Polycarpus, Irenaeus, Hippolytus, Cyprian, Agustinus dan Jerome].
Walaupun sekarang umat Yahudi umumnya menerima hasil konsili Jamnia (Javneh) namun harus diakui bahwa tidak semua komunitas Yahudi menerima otoritas konsili Jamnia ini. Umat Yahudi di Ethiopia, misalnya, memilih kanon yang sama dengan kanon PL yang ditetapkan oleh Gereja Katolik, yang memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika (cf. Encyclopedia Judaica, vol. 6, p. 1147). Demikian pula sebenarnya, Gereja tidak perlu menerima otoritas konsili Jamnia, sebab: 1) Konsili agama Yahudi yang dilakukan setelah Kristus bangkit,  tidak mengikat umat Kristiani, sebab kuasa mengajar telah diberikan kepada para rasul dan para penerusnya, dan bukan kepada pemimpin agama yahudi; 2) Konsili Jamnia menolak semua dokumen yang malah menjadi dasar sumber iman Kristiani, yaitu Injil dan kitab- kitab Perjanjian Baru. 3) Dengan menolak kitab- kitab Deuterokanonika ini, konsili Jamnia menolak kitab- kitab yang dipegang oleh Yesus dan para rasul, yang telah termasuk di dalam Kitab Suci mereka yaitu Septuaginta. Adalah fakta bahwa 2/3  kutipan  dalam kitab Perjanjian Baru sendiri diambil dari Septuagint dan bukan dari kitab berbahasa Ibrani.

3.Kitab-kitab yang termasuk Deuterokanonika

Kitab-kitab yang termasuk Deuterokanonika ini adalah:
  1. Tobit
  2. Yudit
  3. Tambahan kitab Ester
  4. Kebijaksanaan
  5. Sirakh
  6. Barukh, termasuk tambahan surat Yeremia
  7. Tambahan kitab Daniel
  8. 1 Makabe
  9. 2 Makabe
Kitab-kitab tersebut sudah termasuk di dalam kanon Kitab Suci sesuai dengan yang ditetapkan oleh Paus Damasus I dalam sinode di Roma tahun 382 dan kemudian ditetapkan kembali pada Konsili Hippo (393) dan di Konsili Carthage (397). Jika kita membaca isi kitab Deuterokanonika tersebut tidak ada yang bertentangan dengan isi Alkitab yang lain, sehingga sesungguhnya tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa kita-kitab tersebut ‘buruk’. Kitab tersebut malah memperjelas apa yang disampaikan dalam kitab Perjanjian Lama yang lain. Contohnya saja, di tambahan kitab Esther, ada uraian tentang mimpi Mordekai, surat penetapan Haman, doa Mordekai dan doa Esther, yang jika dibaca dalam kesatuan dengan Kitab Esther dalam kanon terdahulu dapat menjelaskan isi Kitab Esther secara lebih lengkap dan membuat ceritanya ‘make sense’. (Misalnya, di kitab terdahulu hanya disebut ada surat Haman, tetapi isi persisnya tidak dijabarkan, sedangkan di kitab tambahan Esther isi surat itu dijabarkan).

4. Mengapa Luther dan Calvin menolak Kitab- kitab Deuterokanonika

Kemungkinan Luther mencoret kitab Deuterokanonika terutama karena tidak setuju dengan isi Kitab 2 Makabe yang mengajarkan untuk berdoa bagi keselamatan jiwa orang-orang yang telah meninggal, sebab Luther berpendapat bahwa keselamatan diperoleh hanya karena iman (Sola Fide). Martin Luther juga menganggap beberapa kitab dalam Perjanjian Baru sebagai “kitab deuterokanonika”, seperti halnya surat rasul Yakobus – yang disebutnya sebagai “Epistle of straw/ surat jerami”,  kitab Wahyu, dan surat Ibrani, karena kitab itu secara implisit mengutip kitab 2 Makabe 7, yaitu Ibr 11:35. Selanjutnya ada yang mengatakan bahwa gereja Protestan mencoret Kitab Deuterokanonika karena ingin mengikuti hasil konsili Jamnia, agar lebih sesuai dengan kitab asli dalam bahasa Ibrani yang diterima oleh umat Yahudi. Namun seperti telah dijabarkan di atas, sesungguhnya umat Kristen tidak perlu mengikuti hasil Konsili Jamnia. Karena konsili itu menolak Kristus, menolak Injil dan Perjanjian Baru, bagaimana mungkin kita bisa mempercayai bahwa mereka mempunyai otoritas dari Roh Kudus untuk menentukan kanon Kitab Suci?
Walaupun Luther menolak kitab- kitab Deuterokanonika, namun setelah bertentangan sendiri dengan para tokoh Protestan lainnya, akhirnya Luther tetap memasukkan kitab- kitab tersebut dalam Kitab Perjanjian Baru. Luther dan para pengikutnya kemudian menyebut kitab- kitab Deuterokanonika sebagai kitab- kitab Apokrif (tidak diilhami Roh Kudus). Namun demikian, Luther tetap memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika tersebut di dalam terjamahan Kitab Suci yang disusunnya, sebagai tambahan/ appendix antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Hal ini berlangsung terus sampai tahun 1827, saat  the British and Foreign Bible Society mencoret atau membuang kitab- kitab Deuterokanonika dari kitab suci mereka.
Maka Kitab Suci versi Protestan yang ada sekarang, bukan saja tidak lengkap, jika dibandingkan dengan Kitab Suci dari Gereja Katolik, tetapi juga tidak lengkap jika dibandingkan dengan Kitab Suci yang umum  mereka pakai selama sekitar 300 tahun (dari abad ke 16 sampai ke 19). Dan bahwa kitab suci Protestan sekarang ini usianya baru sekitar 150 tahun, dan ditetapkan oleh manusia, dan bukan oleh Tradisi turun temurun dari para rasul dan para Bapa Gereja. Tak dapat dipungkiri bahwa Luther menentukan sendiri kitab- kitab yang dianggapnya ‘lebih penting’ dari kitab- kitab yang lain berdasarkan pemahaman pribadinya; dan inilah yang kemudian mempengaruhi pandangan para pengikutnya. Sedangkan Gereja Katolik dalam menentukan kanon, tidak berdasarkan pemahaman pribadi melainkan dari bukti tertulis dari pengajaran para rasul dan Bapa Gereja, yang telah memasukkan kitab- kitab tersebut dalam tulisan mereka.
Jadi yang benar adalah Gereja Katolik tidak pernah menambah-nambah Kitab Suci, sebab memang dari sejak awal ditetapkan sudah demikian. Yang terjadi adalah pengurangan oleh pihak pendiri gereja Protestan, yang akhirnya diturunkan kepada generasi-generasi berikut dalam bermacam denominasi.

46-Pengantar Full Life PB Mt dst.


Kitab Matius

Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi
dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi,
maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk :
  1. ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
  2. hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
  3. pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1Mat 9:27Mat 12:23Mat 15:22Mat 20:30-31Mat 21:9,15Mat 22:41-45);
  4. penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
  5. petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12Mat 8:11-12Mat 13:38Mat 21:43Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
  1. untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
  2. untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
  3. untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
  1. hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
  2. Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1-25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
  1. Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1-7:29);
  2. pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
  3. perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
  4. sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
  5. ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1-25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
  1. Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1-9:38);
  2. Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1-12:50);
  3. Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1-17:27);
  4. Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1-26:46);
  5. Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47-28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
  1. Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
  2. Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
  3. Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
    1. selama pelayanan-Nya di Galilea dan
    2. mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
  4. Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  5. Kerajaan Sorga/Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  6. Matius menekankan
    1. standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1-7:29);
    2. kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
    3. kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
  7. Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18Mat 18:17).
Artikel ini diambil dari : 
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Gandum Mas dan Lembaga Alkitab Indonesia.  CD SABDA-Topik 08003

45-Pengantar Full Life PL Kej dst.


Kitab Kejadian

Penulis : Musa
Tema : Permulaan
Tanggal Penulisan: + 1445 -- 1405 SM
Latar Belakang
Kejadian cocok sebagai kitab Perjanjian Lama yang pertama dan sebagai pendahuluan yang hakiki dari seluruh Alkitab. Judul kitab ini di dalam bahasa Ibrani diambil dari kata pertamanya, bereshith ("pada mulanya"). Nama "Kejadian" merupakan terjemahan judul Ibrani itu ke bahasa Yunani dan berarti "asal mula, sumber, penciptaan atau awal dari sesuatu." Kejadian merupakan "kitab permulaan."
Penulisnya tidak disebutkan dalam kitab ini. Akan tetapi, kesaksian lain dalam Alkitab menunjukkan bahwa Musa merupakan penulis seluruh Pentateukh (yaitu, kelima kitab PL pertama) dan oleh karenanya juga Kejadian (mis. 1Raj 2:32Raj 14:6Ezr 6:18Neh 13:1Dan 9:11-13Mal 4:4Mr 12:26Luk 16:29,31Yoh 7:19-23Kis 26:221Kor 9:92Kor 3:15). Demikian pula para penulis Yahudi kuno dan para bapa gereja semuanya menyatakan bahwa Musa menjadi penulis/penyusun Kejadian. Karena seluruh sejarah dalam Kejadian terjadi sebelum kehidupan Musa, peranannya dalam menulis Kejadian adalah menyusun, di bawah pengilhaman Roh Kudus, semua catatan lisan dan tulisan yang ada sejak Adam hingga wafatnya Yusuf yang sekarang menjadi isi Kejadian. Yang mungkin merupakan petunjuk dipakainya catatan-catatan sejarah oleh Musa ketika menulis Kejadian ialah bahwa terdapat 11 kali pemakaian "Demikianlah riwayat" atau "Iniliah keturunan" (Ibr. ´elleh toledoth´ ) yang dapat diterjemahkan "inilah sejarah oleh" (lih. Kej 2:4Kej 5:1Kej 6:9Kej 10:1Kej 11:10,27Kej 25:12,19Kej 36:1,9Kej 37:2*).
Kejadian mencatat penciptaan, permulaan sejarah manusia, dan asal mula umat Ibrani dan perjanjian Allah dengan mereka melalui Abraham dan leluhur lainnya dengan tepat. Ketepatan sejarahnya selaku Alkitab yang terilham dipastikan dalam PB oleh Tuhan Yesus (Mat 19:4-6Mat 24:37-39Luk 11:51Luk 17:26-32Yoh 7:21-23Yoh 8:56-58) dan para rasul (Rom 4:1-251Kor 15:21-22,45-472Kor 11:3Gal 3:8Gal 4:22-24,281Tim 2:13-14Ibr 11:4-222Pet 3:4-6Yud 1:7,11). Sejarah Kejadian masih diperkuat oleh berbagai penemuan purbakala pada zaman modern. Musa dipersiapkan secara luar biasa melalui pendidikan (Kis 7:22) dan oleh Allah untuk menulis kitab pertama yang unik dalam Alkitab.
Tujuan
Kejadian menyediakan suatu landasan hakiki bagi Pentateukh dan semua penyataan Alkitabiah selanjutnya. Kejadian memelihara satu-satunya catatan yang dapat dipercaya mengenai awal alam semesta, umat manusia, perkawinan, dosa, kota-kota, bahasa-bahasa, bangsa-bangsa, Israel dan sejarah penebusan. Kejadian ditulis sesuai dengan tujuan Allah untuk memberikan umat perjanjian-Nya suatu pemahaman mendasar tentang diri-Nya, ciptaan, umat manusia, kejatuhan, kematian, penghakiman, perjanjian, dan janji penebusan melalui keturunan Abraham.
Survai
Kejadian dengan sendirinya terbagi atas dua bagian utama.
  1. Pasal 1-11 (Kej 1:1-11:32) memberi suatu pandangan luas mengenai permulaan manusia dari Adam hingga Abraham dan berpusat pada lima peristiwa yang sangat penting.
    1. Penciptaan: Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk Adam dan Hawa yang ditempatkan-Nya di taman Eden (pasal 1-2; Kej 1:1-2:25).
    2. Kejatuhan: Melalui pelanggaran mereka, Adam dan Hawa memasukkan kutukan dosa dan kematian ke dalam sejarah manusia (pasal 3; Kej 3:1-24).
    3. Kain dan Habel: Tragedi ini menggerakkan dua arus utama dalam sejarah: peradaban humanistik dan kaum sisa yang tertebus (pasal 4-5; Kej 4:1-5:32).
    4. Air bah: Dunia purbakala telah demikian jahat pada waktu angkatan Nuh sehingga Allah memusnahkannya dengan suatu banjir universal, hanya menyelamatkan Nuh yang benar dan keluarganya sebagai sisa (pasal 6-10; Kej 6:1--10:32).
    5. Menara Babel: Ketika dunia pasca-air bah bersatu dalam penyembahan berhala dan pemberontakan, Allah membubarkan persatuan mereka dengan mengacaukan bahasa dan kebudayaan serta dengan menyebarkan umat manusia ke seluruh penjuru dunia (pasal 11; Kej 11:1-32).
  2. Pasal 12-50 (Kej 12:1-50:26) mencatat permulaan umat Ibrani dan memusatkan perhatian kepada kesinambungan tujuan penebusan Allah melalui empat bapa leluhur besar -- Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Panggilan Allah kepada Abraham (pasal 12; Kej 12:1-20) dan perlakuan-Nya terhadap Abraham dan keturunannya dalam kaitan dengan perjanjian-Nya merupakan awal yang sangat penting dari pelaksanaan maksud Allah tentang seorang Penebus dan penebusan dalam sejarah. Kitab Kejadian berakhir dengan kematian Yusuf dan perbudakan yang akan datang di Mesir.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Kejadian.
  1. Kejadian adalah kitab pertama yang ditulis (mungkin kecuali Ayub), dan mencatat permulaan sejarah manusia, dosa, bangsa Ibrani, dan penebusan.
  2. Sejarah dalam Kejadian meliputi jangka waktu yang lebih lama dari seluruh sisa Alkitab, dimulai dengan pasangan manusia pertama, berkembang hingga sejarah dunia pra-air bah, dan kemudian menyempit lagi pada sejarah bangsa Ibrani sebagai arus penebusan yang dirunut sepanjang sisa PL.
  3. Kejadian menyatakan bahwa alam semesta dan hidup di bumi ini adalah jelas karya Allah dan bukan suatu proses lepas dari alam. Lima puluh kali dalam pasal 1-2 (Kej 1:1-2:25) Allah menjadi subyek dari kata kerja yang menunjukkan apa yang dilakukan-Nya selaku Pencipta.
  4. Kejadian mengisahkan berbagai peristiwa perdana -- pernikahan pertama, keluarga pertama, kelahiran pertama, dosa pertama, pembunuhan pertama, tokoh poligami pertama, alat-alat musik pertama, janji penebusan pertama, dan sebagainya.
  5. Perjanjian Allah dengan Abraham, yang dimulai dengan panggilannya (Kej 12:1-3), diresmikan dalam pasal 15 (Kej 15:1-21) dan disahkan dalam pasal 17 (Kej 17:1-27), merupakan inti dari seluruh Alkitab.
  6. Hanya Kejadian menerangkan asal mula kedua belas suku Israel.
  7. Kejadian menyatakan bagaimana keturunan Abraham akhirnya tinggal di Mesir (selama 430 tahun) dan demikian menyiapkan untuk keluaran, peristiwa penebusan yang utama dalam PL.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kejadian menyatakan sejarah nubuat penebusan dan seorang Penebus yang akan datang melalui benih wanita (Kej 3:15), melalui keturunan Set (Kej 4:25-26), melalui keturunan Sem (Kej 9:26-27), dan melalui keturunan Abraham (Kej 12:3). PB menerapkan Kej 12:3 langsung pada persediaan Allah untuk penebusan di dalam Yesus Kristus (Gal 3:16,29). Banyak tokoh dan peristiwa dari Kejadian disebut dalam PB berkaitan dengan iman dan kebenaran (mis. Rom 4:1Ibr 11:1-22), penghakiman oleh Allah (mis. Luk 17:26-29,322Pet 3:6Yud 1:7,11), dan pribadi Kristus (mis. Mat 1:1Yoh 8:58Ibr 7:1).

Artikel ini diambil dari : 
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Gandum Mas dan Lembaga Alkitab Indonesia.  CD SABDA-Topik 08003

44-Garis Besar Full Life PB Mt dst


Kitab Matius

I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
  1. Silsilah Yahudi Yesus
    (Mat 1:1-17)
  2. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
    (Mat 1:18-2:23)
  3. Perintis Jalan Sang Mesias
    (Mat 3:1-12)
  4. Pembaptisan Sang Mesias
    (Mat 3:13-17)
  5. Pencobaan Sang Mesias
    (Mat 4:1-11)
II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35)
  1. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
    (Mat 4:12-25)
  2. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
    (Mat 5:1-7:29)
  3. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
    (Mat 8:1-9:38)
  4. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
    (Mat 10:1-42)
  5. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
    (Mat 11:1-12:50)
  6. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
    (Mat 13:1-58)
  7. Kisahan III: Krisis Kerajaan
    (Mat 14:1-17:27)
  8. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
    (Mat 18:1-35)
III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46)
  1. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
    (Mat 19:1-20:34)
  2. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
    (Mat 21:1-26:46)
    1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
      (Mat 21:1-22)
    2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
      (Mat 21:23-22:46)
    3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
      (Mat 23:1-39)
    4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
      (Mat 24:1-25:46)
    5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
      (Mat 26:1-16)
    6. Perjamuan Terakhir
      (Mat 26:17-30)
    7. Getsemani
      (Mat 26:31-46)
IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66)
  1. Yesus Ditangkap
    (Mat 26:47-56)
  2. Yesus Diadili
    (Mat 26:57-27:26)
  3. Yesus Disalibkan
    (Mat 27:27-56)
  4. Yesus Dikubur
    (Mat 27:57-66)
V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20)
  1. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
    (Mat 28:1-10)
  2. Saksi-Saksi Palsu
    (Mat 28:11-15)
  3. Amanat Tuhan yang Bangkit
    (Mat 28:16-20)
Artikel ini diambil dari : 
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Gandum Mas dan Lembaga Alkitab Indonesia.  CD SABDA-Topik 08003

Recent Post